Pages

Monday, July 1, 2013

UNGKAPAN HATI ANAK SD - ( Sekolahku - Buku - Tas Sekolah - Bimbingan Belajar )

( Tips dan Artikel lainnya silahkan klik : http://www.vincentiussan.blogspot.com )
Hari-hariku di awal sekolah SD
Aku gembira karena sekarang sudah SD, dan bukan anak kecil lagi, walaupun badanku kecil.
Tetapi kata orang di SD sudah tidak ada bermain, hanya belajar dan belajar.

Kuterima buku-buku dari sekolah yang begitu banyak, tebal dan besar-besar.
Aku bertanya-tanya mengapa begitu banyak?, mengapa begitu tebal?, mengapa begitu besar?
Kata papa mungkin banyak yang memang perlu dipelajari, dan bukan karena  banyak buku karena orientasi bisnis semata, ataupun dibuat tebal dan besar padahal isinya tetap sedikit, tulisan dan gambarnya besar-besar dan longgar bahkan banyak yang tidak perlu dipelajari dan dihafalkan.
Aku tidak tahu, tapi semestinya menguntungkan dan memudahkanku juga…

Mengapa tidak kecil sesuai dengan tanganku, agar aku mudah membukanya.
Mengapa tidak tipis agar tidak terlalu berat bagiku yang kecil.
Kata Papaku, untuk buku yang tebal semestinya bisa dibagi dua jilid untuk semester 1 dan semester 2 agar tidak perlu membawa bagian yang belum perlu atau tidak perlu dipakai lagi saat hari itu. Kata Papaku, sama seperti halnya anak kelas 1 kan tidak perlu bawa buku kelas 2 apalagi sampai kelas 6, walaupun semuanya penting untuk anak SD,  juga untuk ujian kelas 6 pun, buku kelas 1-5 juga tetap perlu untuk belajar tapi tidak perlu dibawa lagi semuanya.

Kuterima jadwal buku yang harus dibawa hari itu, setelah kususun, begitu banyak buku yang harus kubawa.
Aku harus membawa map plastik yang besar (utk ukuran folio 33cm)  tempat kumpulan tugas-tugas sekolah, kata Papaku mengapa sekolah tidak memilih ukuran kertas tugas dan PR dengan A4 (29,7cm) atau kwarto (27.9cm) yang jauh lebih kecil agar tasku tidak perlu besar.
Kalau buku dan map besar harus ditenteng ditangan, aku susah membawanya dengan tanganku yg mungil, akan mudah jatuh berantakan, karena aku juga membawa bekal makan siang.

Ada juga buku fotocopyan terbitan sekolah yang dijilid, besarnya ukuran folio juga, padahal tulisannya tetap kecil-kecil dan banyak area kosongnya. Padahal kata Papaku karena sekolah yang buat dan mengetik komputer sendiri, mereka bisa ketik dan susun untuk kertas ukuran kwarto juga fotocopynya juga bisa bolak-balik.

Buku tulisku yang HARUS dibeli disekolah juga tebal-tebal, kata Papaku semestinya sekolah buat juga yang tipis yang cukup untuk 1 semester saja (6bulan) apalagi buat anak kelas 1 SD, buat apa bawa tebal kan masih kosong, apalagi bila sampai naik kelas ternyata terpakainya tidak sampai separo buku. Hanya berat bawa-bawa nya bagi tubuhku yang kecil. (Bila akhirnya kurangpun, kan bisa dilanjutkan di buku tulis yang baru).

Tasku tidak muat, kuberitahu Mamaku, Mamaku berjanji mengajakku membeli tas baru yang muat untuk buku-bukuku.
Di toko, Mamaku memilih tas trolley yang  besar, yang muat ukuran besarnya bukuku, tapi menurutku sangat besar sekali, bahkan jauh lebih besar daripada punggungku, Mamaku memilih tas trolley yang bisa diseret, karena mamaku tidak yakin punggungku yang kecil mampu menopang tas berisi buku-bukuku. Di toko terlihat banyak tas koper yang sangat-sangat besar dan menyeramkan bagi tubuhku yang kecil, kata penjualnya sekarang banyak anak SD yang perlu tas besar, bahkan tas koper.

Dengan tas baruku YANG BESAR, agar muat buku-bukuku yang besar, menjadikan SUDAH AGAK BERAT  WALAUPUN MASIH KOSONG, kucoba dipunggung dan Papaku tertawa tapi mukanya kemudian berubah sedih, dia bilang jauh lebih besar tasku dibanding tubuhku.

Hari pertama dengan dengan tas trolley baruku yang besar berisi banyak buku-buku, kotak pensil dan kotak makan siang serta botol minumku, aku menyeretnya dilorong sekolah, saat aku harus naik tangga karena kelasku dilantai 1, aku tidak kuat memakainya dipunggungku, jadi dengan susah payah kutarik melewati tangga dengan bunyi dak-dok-dak-dok...sampai lantai satu. Kulihat Pak satpam melihatku, tetapi juga tidak menolongku. Juga ada guru yang melihat tetapi seolah-olah tidak peduli lagi, aku yakin mereka sebenarnya ingin menolong tetapi rasa pedulinya sudah tergantikan oleh perasaan dan pemikiran bahwa kesusahanku ini adalah hal wajar dan biasa. Apakah reputasi sekolah sudah berubah cara dengan pencitraan bahwa bila sekolah yang bagus dan hebat pasti muridnya membawa beban buku banyak dan tebal-tebal, dan bukan lagi dari metode pengajarannya dan pilihan bahan pelajarannya ?

Peraturan sekolahku melarang orang tua/suster/pembantu membawakan tas sekolah ke kelas anak walaupun kelasnya di lantai 1, walaupun tubuhnya kecil serta tidak kuat. Bahkan guru selalu bilang, “kalau anak yang lain bisa, kenapa ada yang harus di perbolehkan untuk dibantu ?”, malah ada yang bilang “itu pasti anak manja”. Sedih sekali rasanya...

Aku mulai merasakan KETIDAKADILAN, haruskah aku MARAH pada TUHAN yang telah menciptakan aku dengan tubuh yang MUNGIL dan tenaga yang LEMAH dibandingkan teman-temanku?...

Tapi walaupun Tuhan telah menciptakan tubuhku yang kecil seperti ini, semestinya sekolah tetap bisa peduli dengan beberapa hal mengenai lembar PR dan tugas fotocopy-an, bisa menggunakan kertas ukuran kwarto (kan fotocopy bisa diperkecil juga apalagi memang sekolah yang mengetik dan mempersiapkan), juga menjilid buku pelajaran terbitan sekolah dengan maksimum ukuran kwarto agar kecil serta copy bolak-balik agar lebih tipis dan ringan, juga menyediakan buku tulis bergaris yang tipis bagi anak kelas 1SD (sehingga di sekolah ada pilihan, buku tipis, sedang/normal, dan tebal), memilih buku pelajaran yg berkualitas tetapi juga ukuran besarnya maksimum kwarto, bila tebal terutama buku anak SD kelas besar(kakak kelasku) bisa terpisah jilid 1 dan 2 untuk semester 1 dan 2 (bila perlu sekolah juga bisa memberikan saran bagi penerbit). Pasti banyak hal lain lagi yang bisa dilakukan oleh sekolah agar tasku tidak perlu terlalu besar dan tidak perlu terlalu berat untuk HAL-HAL YANG SEBENARNYA MEMANG TIDAK PERLU...

Juga aku dengar dari Mamaku ketika berbicara dengan Papaku bahwa aku harus ikut bimbel (bimbingan belajar) atau kursus agar bisa mengikuti pelajaran sekolah. Semua pelajaran sekolah akan diajarkan di bimbel dahulu sebelum sekolah mengajarkannya, sehingga aku sudah siap sebelumnya dan nilaiku akan bagus. Papaku memberikan pemikirannya seperti ini :  bukankah aku sekolah untuk belajar, dan memang dari belum bisa menjadi bisa, belum tahu menjadi tahu, kalau begitu sebenarnya dengan bimbel dan kursus maka aku belajarnya bukan disekolah tetapi di luar sekolah, dan sekolah menjadi tempat untuk memberikan bahan saja, kemudian menguji lewat ulangan dan ujian serta memberikan nilai serta ijazah. Reputasi sekolah hanya dilihat dari tingkat persentase kelulusannya dan peringkat nilainya saja, bukan dari cara serta proses belajar mengajarnya. Sebenarnya banyak sekolah yang hanya terlihat bagus, karena memang hanya menerima anak-anak pilihan dengan test IQ, serta orang tua yang berkecukupan untuk membiayai kursus/bimbel maupun mengajari anaknya di rumah, walaupun sebenarnya sekolah tersebut tidak memiliki proses belajar mengajar yang bagus.Semestinya sekolah merasa malu bila murid-muridnya BANYAK yang perlu kursus dan bimbel lagi untuk PELAJARAN SEKOLAH (bukan kursus untuk pengetahuan dan keahlian yang lainnya), yang berarti sekolah hanya berfungsi sebagai pengumpul anak berpotensi, pemberi bahan, penguji dan penilai saja, dan bukan sebagai pengajar.
(Tetapi perlu juga disadari bahwa ada anak-anak yang memang perlu bimbingan khusus dalam pelajaran sekolah dengan bimbel, tetapi bila banyak sekali  anak yang membutuhkannya maka fungsi sekolah patut dipertanyakan)
Semoga Bapak dan Ibu guru juga sabar mengajari aku ini yang tidak ikut kursus atau bimbel (bimbingan belajar) di luar sekolah, aku akan datang di sekolahku untuk belajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

SEMOGA TUHAN MENDENGARKAN DOAKU...
( Tips dan Artikel lainnya silahkan klik : http://www.vincentiussan.blogspot.com )

No comments:

Post a Comment