Pages

Monday, July 1, 2013

Negatif Positif Thinking - Jangan Menghakimi

Negatif Positif thinking - jangan menghakimi
Knowlege+Experience ~ Consideration of Effort VS Risk.
( Tips dan Artikel lainnya silahkan klik : http://www.vincentiussan.blogspot.com )

Jangan mudah menghakimi orang  bahwa orang itu berpikir negatif atau terlalu khawatir dan penakut, karena anda sebenarnya tidak tahu akan pertimbangan serta pengetahuan dan pengalaman orang tersebut, yg bahkan mungkin anda sama sekali belum pernah terpikir.

Setiap orang memiliki pengetahuan dan pengalaman yg menyebabkan pengambilan keputusan dengan pertimbangan yg berbeda-beda pula.

Bagi orang desa, bila anda ajak makan dan anda ajak untuk cuci tangan terlebih dahulu dengan sabun, maka bagi dia adalah hal yang lucu dan menunjukan bahwa anda sesorang yg sok bersih dan takut sakit,penakut, dan terlalu khawatir, sedangkan mereka sudah biasa tidak perlu cuci tangan dan jarang sakit juga (karena sudah kebal terbiasa atau bagi mereka sakit perut adalah hal biasa). Bahkan saat dari sawah dng tangan berlepotan lumpur paling dibilas air saja. Maka anda dinilai berpikir negatif dan terlalu khawatir serta penakut.
Sedangkan bagi kita orang yg tinggal di kota dengan pengetahuan kita, maka kita pasti memilih cuci tangan dulu dng sabun sebelum makan, terutama bila makan spt ayam goreng fried chicken yg menggunakan tangan. Apalagi pada anak kita yg kita sayangi dan jaga kesehatannya, pasti akan kita ajari dan suruh cuci tangan terlebih dulu..
Karena pertimbangan kita dng effort kecil (cukup berdiri, jalan dan cuci tangan saja)  kita bisa meminimalkan resiko sakit perut diare/cacingan/tipus/atau bahkan penyakit lain yg memang berbahaya, yg  bagi kita jauh lebih bernilai besar baik segi uang, waktu dan kesehatan yg sangat berharga.
Ini adalah perbedaan besar tentang dasar pendidikan, pengetahuan dan pengalaman.

Begitu juga seperti rumah di kota dengan teralis-teralis pada jendela kaca bahkan dengan pagar yg cukup tinggi,
bahkan pagar yg selalu digembok rapat, bagi orang desa maka kita dianggap terlalu penakut, khawatir dan sangat negatif, bahkan kita bisa disebut paranoid.

Mereka yg tinggal di bantaran kali, cuci, mandi, MCK, bahkan gosok gigi pakai air kali. Apakah kita bisa melakukan hal yang sama apalagi gosok gigi dari air kali tersebut,  bagi mereka kita terlalu sok bersih dan sangat sombong/sok jijik dan khawatir/penakut.

Bahkan seperti kejadian2x pencurian motor yg dibarengi penembakan terhadap pemilik krn dipergoki dan melihat motornya sedang dicongkel org atau sedang dituntun, krn siapapun kita maka akan otomatis teriak dan mendatangi bila motor yg sedang kita parkir diduduki orang dan dikutak-kutik atau di tuntun orang.
Antisipasi kita bisa ganti jenis kuncinya agar orangpun juga sudah sulit dan tidak mau memilih motor kita apalagi ada pilihan motor yg lainnya. Sehingga resiko jadi minimal, bukan krn nilai motornya, tapi resiko tindakan kejahatannya, biaya RS bahkan nyawa jauh lebih berharga dibanding nilai motornya. Bagi org lain mungkin berkomentar negatif dan dirasakan sgt merepotkan, tapi bagi org yg tahu jenis partnya, dimana belinya, harganya bagi dia juga murah, juga hanya meluangkan waktu sedikit saja, maka akan dilakukannya, krn baginya effort tsb kecil saja.


Juga roaming HP di luar negeri (baik roaming Voice call/sms maupun roaming data), bukan masalah nilai uangnya saja atau pelit atau penakut, tapi justru krn pengetahuan kita dan kita tahu cara antisipasinya, maka kita jadi waspada utk  tagihan yg tidak bisa kita prediksi nilai nantinya - menjadi sampai berapa juta.
Bagi org yg tidak tahu kemungkinan perhitungan biayanya, lalu juga tidak tahu bagaimana cara antisipasinya maka dia akan berlagak dan menjawab : "sudah gampang aja nggak usah repot, nanti bayar-bayar saja" Itulah orang-orang yg tidak berjiwa besar mengakui ketidaktahuannya dan untuk mau belajar tahu dulu sebelum memutuskan pilihan yg terbaik.
Dengan mengetahui cara antisipasinya (yaitu partner service provider yg bekerjasama, juga tarifnya, dan perhitungan biayanya), kita bisa melakukan pertimbangan pilihan terhadap kemampuan dan kebutuhan kita dan bukanlah hal yang negative atau penakut.

Jauh sebelum terjadinya banyak kebakaran di ruko2x, th 1997 ketika melihat resiko ruko blok lain yg terbakar) kita sudah mengatur baik kantor maupun rumah, yaitu kunci gembok teralis di lantai 2/3/4 masing2x digantung dekat nya dan terlihat jelas agar bila terjadi kebakaran dilantai bawah, kita bisa keluar membuka teralisnya utk keluar menyelamatkan diri dan tidak terperangkap terbakar didalam .
Apakah itu disebut hal negatif, hanya krn effort/usaha kecil menempatkan kunci di paku didekat teralis saja dibandingkan resiko nyawa?. Mungkin orang lain tidak menyadari dan tidak tahu caranya, atau hanya menyerahkan pada nasib saja.
Kecuali kita bisa disebut sangat negatif kalau sampai membeli truck pemadam kebakaran sendiri.

Bagaimana dengan mobil,
apakah selalu harus dikunci?,
Apakah mengunci mobil adalah hal berpikir negatif dan dianggap terlalu khawatir?, atau hal wajar?, dan sedangkan membiarkan kunci tergantung adalah pikiran positif?
lalu apakah mobil perlu diperlengkapi alarm / bawaan pabrik?
Perlu menggunakan kunci setir?
Apakah menggunakan kunci setir berarti terlalu khawatir dan negatif dan tanpa kunci setir adalah positif?
padahal hanya hilang mobil dan bisa dibeli lagi, apalagi sudah diasuransikan?
Tetapi bila pertimbangannya bahwa. Resiko dicuri besar krn lokasi parkir, jenis mobil adl incaran penjahat, maka org-org tertentu meningkatkan keamanannya yg jauh lebih mudah dibandingkan dengan mengurus claim asuransinya bila hilang.
Jadi apakah memasang kunci setir masih dianggap hal yg negatif dan terlalu khawatir?
Kemudian bila sesorang telah tahu bahwa semua kunci setir dengan begitu mudahnya dibuka tanpa rusak dalam hitungan detik saja, apakah negatif bila memasang antistarter?
Ukuran setiap org berbeda tergantung pengetahuan dan pengalamannya serta pengetahuan utk antisipasinya (cara yg harus dilakukan/kemudahan mendapatkannya/biaya memperoleh tambahan keamanannya/nilai barang bila terjadi resiko itu bagi pemiliknya -nilainya bukan cuma harganya).

Begitu juga utk semua hal lain-lainnya
Istilah umum/wajar atau tidak umum/tidak wajar sangatlah relative tergantung kebiasaan, pengetahuan, pengalaman, dan pertimbangan setiap individu.

Anda juga bisa menganggap orang yg lain terlalu takut/negatif/khawatir....tetapi anda juga bisa dianggap oleh orang lain terlalu takut/negatif/khawatir....
Hati-hatilah dalam menilai orang lain.

Membiarkan pagar terbuka lebar dan tidak digembok serta pintu rumah yang dikunci rapat.
untuk rumah di KOTA dianggap takut/khawatir/negatif, hal wajar atau berpikir positif saja?
Untuk rumah di DESA dianggap takut/khawatir/negatif, hal wajar atau berpikir positif saja?
Bagi org desa berada di desa?
Bagi org desa berada di kota?
Bagi org kota berada didesa?
Bagi org kota berada di kota?

Tas berisi laptop berada di kursi tengah mobil yang akan diparkir di parkiran umum/pinggir jalan.
Meninggalkan = Dianggap Berpikir positif?
Tidak meninggalkan/dibawa keluar = Dianggap terlalu takut/khawatir/negatif
Ataukah yg wajar dan umum adalah ditinggal atau yg wajar malahan dibawa?
Yang Manakah pilihan saudara?
Effort =cukup repot membawanya VS Resiko= hilangnya laptop (kemungkinan persentase terjadinya pencurian, harga laptop dan nilai isi dokumen data dan rusaknya pintu mobil)

Jadi kesimpulannya  :

Penilaian bahwa sesorang bisa dianggap negative/khawatir bila :
1. Effort > resiko (Effort lebih besar daripada resiko)
Memang kita bisa katakan negatif bila effort yang dilakukan begitu besar dibandingkan dengan resiko/kemungkinan terjadinya sangat kecil dan  efek kerugiannya sangat kecil dan tidak berarti.
(Misal : mengirim buku tulis biasa dan tidak terburu2x cukup lewat kantor pos yg dekat, tidak perlu mencari courier yg berada jauh apalagi sampai diasuransikan, bila hilangpun bisa dibeli lagi dan kirim ulang serta murah harganya,  dibanding waktu serta repotnya/macetnya/bensinnya menuju courier express dikota)

Tetapi orang yang merasa dirinya positif dan menilai orang lain adalah khawatir/penakut/negative/bersikap berlebihan,  biasanya orang tersebut justru memiliki hal-hal sebagai berikut :

2. Ketidaktahuan resikonya
Bila ternyata karena karena orang tersebut tidak menyadari kemungkinan terjadinya resiko itu, sebab pengetahuan/pengalamannya kurang, maka dia masih menganggap bahwa resiko/kemungkinan/kerugiannya kecil sehingga dia tidak mau mengantisipasinya.
(Misal bahwa bila meninggalkan tas laptop dalam mobil di rest area jalan tol tertentu atau parkiran tertentu rutin terjadi kejadian bahkan bisa dipastikan hilang, tapi krn ketidaktahuannya maka ditinggalkan di mobil)
(Misal : Setiap orang berbeda pendapat tentang kemungkinan sandal karet lunak bisa terjepit di eskalator , bahkan dianggap resikonya hanya sandalnya yg rusak dan bukan  jari kaki anaknya ikut robek bahkan putus (tapi yg pernah melihat teknis dan riset kemungkinan terjadinya dan membacar berita serta pernah meilhat sendiri kecelakaan anak yg terluka kakinya pasti memiliki pertimbangan yg berbeda )
(Misal : anak demam sudah 2-3 hari, bagi org yg tidak tahu, cukup obat biasa saja nanti juga bisa sembuh sendiri,mungkin cuma flu biasa atau baru musim, tetapi dia tidak sadar kemungkinan Demam Berdarah yang bisa fatal, sehingga dia tidak memilih melakukan effort utk membawa ke dokter, sedangkan bagi org yg tahu memiliki pengetahuan, bahkan pengalaman, serta anak temannya meninggal krn DB yg terlewatkan, pasti memiliki pertimbangan sendiri, apakah membawa ke dokter dianggap penakut/terlalu khawatir?)
(Misal : menggunakan kabel sambungan ukuran kecil tapi dipakai cabang banyak, apakah bila org yg mengerti listrik maka menghindari lalu berarti terlalu khawatir dan berpikir negatif?)

3. Effort dianggap besar baginya
Bila orang tersebut sebenarnya tahu resikonya tetapi karena ketidaktahuannya dalam cara mengantisipasinya dan merasa kesulitan utk mengantisipasinya, dan merasa repot, maka dia menganggap bahwa effort yg dikeluarkan masih terlalu besar dibandingkan dengan resiko/kerugiannya.
(Misal : org administrasi awam yg tidak tahu komputer, dan disarankan utk membackup datanya daripada hilang dan perlu berminggu2x utk mengerjakan ulang, tapi dia tidak tahu caranya bagaimana membackup dan baginya rumit-repot-susah sehingga org lain yg baik menyarankan, malah dianggap terlalu khawatir/negatif)
(Misal : kabel sambungan ukuran kecil utk colokan banyak dan beban watt besar, tapi krn ketidaktahuannya semestinya ukuran yg mana, maka bagi dia mau mencari yg bener itu susah-repot-terlalu khawatir-negatif, plus spt no.2 - dia juga tidak tahu tentang hubungan kabel terhadap  resiko kebakaran)

4. Orang Masa Bodoh
Orang yang sama sekali tidak biasa mempertimbangkan segala sesuatu, sehingga semuanya hanya berdasarkan kemauannya diri sendiri saja dan yg mudah saja baginya..

5. Pertimbangan tiap orang berbeda
Pertimbangan tiap orang sangatlah berbeda tergantung pengetahuan, pengalaman, serta cara pikir dan arti subjective dari nilai effort dan resikonya.
Juga sangatlah subjective untuk nilai barang, bahkan nilai kesehatan atau nilai nyawa karena bagi tiap orang akan berbeda.

Jangan pernah sebut orang lain tersesat bila kamu tidak tahu kemana sebenarnya tujuan orang itu pergi, dan jangan mudah percaya begitu saja pada pemberitahuan orang lain bila tidak bertanya langsung ke yg bersangkutan.

Jangan terlalu mudah menghakimi bahwa orang lain negatif atau terlalu takut dan khawatir, hanya dengan asumsi pribadi saja. Ukuran dan pengetahuan serta pengalaman setiap orang bisa sangat berbeda.

Knowlege+Experience ~ Consideration Effort vs Risk

Bagaikan mobil dengan "gas"(positif/optimis) dan "rem"(negative/mempertimbangkan resiko), tanpa salah satunya maka mobil menjadi berbahaya karena bisa menabrak tak terkendali atau malah tidak berguna krn tidak bergerak... kita juga memiliki "kemudi"(pilihan tindakan) untuk melakukan pilihan jalan yang akan dilewati,,,,

Gabungan pemikiran Positive vs Negatif = Semangat mencari jalan terbaik + tetap waspada
Tanpa pemikiran kemungkinan resiko negatif maka menjadikan kita lengah, sedangkan hanya berpikir negatif tanpa bertindak utk merubah hal tersebut menjadi positif berarti hanya mengandalkan nasib.


Positive Thinking dan Negative Thinking
Kita harus selalu tetap berpedoman positive thinking untuk maju.
Tetapi kita juga tetap perlu negative thinking agar saat kita maju dan bergerak, kita jadi waspada dan mempersiapkan diri dengan baik dan kita bisa mengantisipasi dan menghindari kemungkinan buruk yang mungkin terjadi..
Optimis membuat maju, waspada itu menjadikan segalanya lebih aman dan lancar...

( Tips dan Artikel lainnya silahkan klik : http://www.vincentiussan.blogspot.com )

No comments:

Post a Comment