Pages

Monday, July 1, 2013

UNGKAPAN HATI ANAK SD - ( Sekolahku - Buku - Tas Sekolah - Bimbingan Belajar )

( Tips dan Artikel lainnya silahkan klik : http://www.vincentiussan.blogspot.com )
Hari-hariku di awal sekolah SD
Aku gembira karena sekarang sudah SD, dan bukan anak kecil lagi, walaupun badanku kecil.
Tetapi kata orang di SD sudah tidak ada bermain, hanya belajar dan belajar.

Kuterima buku-buku dari sekolah yang begitu banyak, tebal dan besar-besar.
Aku bertanya-tanya mengapa begitu banyak?, mengapa begitu tebal?, mengapa begitu besar?
Kata papa mungkin banyak yang memang perlu dipelajari, dan bukan karena  banyak buku karena orientasi bisnis semata, ataupun dibuat tebal dan besar padahal isinya tetap sedikit, tulisan dan gambarnya besar-besar dan longgar bahkan banyak yang tidak perlu dipelajari dan dihafalkan.
Aku tidak tahu, tapi semestinya menguntungkan dan memudahkanku juga…

Mengapa tidak kecil sesuai dengan tanganku, agar aku mudah membukanya.
Mengapa tidak tipis agar tidak terlalu berat bagiku yang kecil.
Kata Papaku, untuk buku yang tebal semestinya bisa dibagi dua jilid untuk semester 1 dan semester 2 agar tidak perlu membawa bagian yang belum perlu atau tidak perlu dipakai lagi saat hari itu. Kata Papaku, sama seperti halnya anak kelas 1 kan tidak perlu bawa buku kelas 2 apalagi sampai kelas 6, walaupun semuanya penting untuk anak SD,  juga untuk ujian kelas 6 pun, buku kelas 1-5 juga tetap perlu untuk belajar tapi tidak perlu dibawa lagi semuanya.

Kuterima jadwal buku yang harus dibawa hari itu, setelah kususun, begitu banyak buku yang harus kubawa.
Aku harus membawa map plastik yang besar (utk ukuran folio 33cm)  tempat kumpulan tugas-tugas sekolah, kata Papaku mengapa sekolah tidak memilih ukuran kertas tugas dan PR dengan A4 (29,7cm) atau kwarto (27.9cm) yang jauh lebih kecil agar tasku tidak perlu besar.
Kalau buku dan map besar harus ditenteng ditangan, aku susah membawanya dengan tanganku yg mungil, akan mudah jatuh berantakan, karena aku juga membawa bekal makan siang.

Ada juga buku fotocopyan terbitan sekolah yang dijilid, besarnya ukuran folio juga, padahal tulisannya tetap kecil-kecil dan banyak area kosongnya. Padahal kata Papaku karena sekolah yang buat dan mengetik komputer sendiri, mereka bisa ketik dan susun untuk kertas ukuran kwarto juga fotocopynya juga bisa bolak-balik.

Buku tulisku yang HARUS dibeli disekolah juga tebal-tebal, kata Papaku semestinya sekolah buat juga yang tipis yang cukup untuk 1 semester saja (6bulan) apalagi buat anak kelas 1 SD, buat apa bawa tebal kan masih kosong, apalagi bila sampai naik kelas ternyata terpakainya tidak sampai separo buku. Hanya berat bawa-bawa nya bagi tubuhku yang kecil. (Bila akhirnya kurangpun, kan bisa dilanjutkan di buku tulis yang baru).

Tasku tidak muat, kuberitahu Mamaku, Mamaku berjanji mengajakku membeli tas baru yang muat untuk buku-bukuku.
Di toko, Mamaku memilih tas trolley yang  besar, yang muat ukuran besarnya bukuku, tapi menurutku sangat besar sekali, bahkan jauh lebih besar daripada punggungku, Mamaku memilih tas trolley yang bisa diseret, karena mamaku tidak yakin punggungku yang kecil mampu menopang tas berisi buku-bukuku. Di toko terlihat banyak tas koper yang sangat-sangat besar dan menyeramkan bagi tubuhku yang kecil, kata penjualnya sekarang banyak anak SD yang perlu tas besar, bahkan tas koper.

Dengan tas baruku YANG BESAR, agar muat buku-bukuku yang besar, menjadikan SUDAH AGAK BERAT  WALAUPUN MASIH KOSONG, kucoba dipunggung dan Papaku tertawa tapi mukanya kemudian berubah sedih, dia bilang jauh lebih besar tasku dibanding tubuhku.

Hari pertama dengan dengan tas trolley baruku yang besar berisi banyak buku-buku, kotak pensil dan kotak makan siang serta botol minumku, aku menyeretnya dilorong sekolah, saat aku harus naik tangga karena kelasku dilantai 1, aku tidak kuat memakainya dipunggungku, jadi dengan susah payah kutarik melewati tangga dengan bunyi dak-dok-dak-dok...sampai lantai satu. Kulihat Pak satpam melihatku, tetapi juga tidak menolongku. Juga ada guru yang melihat tetapi seolah-olah tidak peduli lagi, aku yakin mereka sebenarnya ingin menolong tetapi rasa pedulinya sudah tergantikan oleh perasaan dan pemikiran bahwa kesusahanku ini adalah hal wajar dan biasa. Apakah reputasi sekolah sudah berubah cara dengan pencitraan bahwa bila sekolah yang bagus dan hebat pasti muridnya membawa beban buku banyak dan tebal-tebal, dan bukan lagi dari metode pengajarannya dan pilihan bahan pelajarannya ?

Peraturan sekolahku melarang orang tua/suster/pembantu membawakan tas sekolah ke kelas anak walaupun kelasnya di lantai 1, walaupun tubuhnya kecil serta tidak kuat. Bahkan guru selalu bilang, “kalau anak yang lain bisa, kenapa ada yang harus di perbolehkan untuk dibantu ?”, malah ada yang bilang “itu pasti anak manja”. Sedih sekali rasanya...

Aku mulai merasakan KETIDAKADILAN, haruskah aku MARAH pada TUHAN yang telah menciptakan aku dengan tubuh yang MUNGIL dan tenaga yang LEMAH dibandingkan teman-temanku?...

Tapi walaupun Tuhan telah menciptakan tubuhku yang kecil seperti ini, semestinya sekolah tetap bisa peduli dengan beberapa hal mengenai lembar PR dan tugas fotocopy-an, bisa menggunakan kertas ukuran kwarto (kan fotocopy bisa diperkecil juga apalagi memang sekolah yang mengetik dan mempersiapkan), juga menjilid buku pelajaran terbitan sekolah dengan maksimum ukuran kwarto agar kecil serta copy bolak-balik agar lebih tipis dan ringan, juga menyediakan buku tulis bergaris yang tipis bagi anak kelas 1SD (sehingga di sekolah ada pilihan, buku tipis, sedang/normal, dan tebal), memilih buku pelajaran yg berkualitas tetapi juga ukuran besarnya maksimum kwarto, bila tebal terutama buku anak SD kelas besar(kakak kelasku) bisa terpisah jilid 1 dan 2 untuk semester 1 dan 2 (bila perlu sekolah juga bisa memberikan saran bagi penerbit). Pasti banyak hal lain lagi yang bisa dilakukan oleh sekolah agar tasku tidak perlu terlalu besar dan tidak perlu terlalu berat untuk HAL-HAL YANG SEBENARNYA MEMANG TIDAK PERLU...

Juga aku dengar dari Mamaku ketika berbicara dengan Papaku bahwa aku harus ikut bimbel (bimbingan belajar) atau kursus agar bisa mengikuti pelajaran sekolah. Semua pelajaran sekolah akan diajarkan di bimbel dahulu sebelum sekolah mengajarkannya, sehingga aku sudah siap sebelumnya dan nilaiku akan bagus. Papaku memberikan pemikirannya seperti ini :  bukankah aku sekolah untuk belajar, dan memang dari belum bisa menjadi bisa, belum tahu menjadi tahu, kalau begitu sebenarnya dengan bimbel dan kursus maka aku belajarnya bukan disekolah tetapi di luar sekolah, dan sekolah menjadi tempat untuk memberikan bahan saja, kemudian menguji lewat ulangan dan ujian serta memberikan nilai serta ijazah. Reputasi sekolah hanya dilihat dari tingkat persentase kelulusannya dan peringkat nilainya saja, bukan dari cara serta proses belajar mengajarnya. Sebenarnya banyak sekolah yang hanya terlihat bagus, karena memang hanya menerima anak-anak pilihan dengan test IQ, serta orang tua yang berkecukupan untuk membiayai kursus/bimbel maupun mengajari anaknya di rumah, walaupun sebenarnya sekolah tersebut tidak memiliki proses belajar mengajar yang bagus.Semestinya sekolah merasa malu bila murid-muridnya BANYAK yang perlu kursus dan bimbel lagi untuk PELAJARAN SEKOLAH (bukan kursus untuk pengetahuan dan keahlian yang lainnya), yang berarti sekolah hanya berfungsi sebagai pengumpul anak berpotensi, pemberi bahan, penguji dan penilai saja, dan bukan sebagai pengajar.
(Tetapi perlu juga disadari bahwa ada anak-anak yang memang perlu bimbingan khusus dalam pelajaran sekolah dengan bimbel, tetapi bila banyak sekali  anak yang membutuhkannya maka fungsi sekolah patut dipertanyakan)
Semoga Bapak dan Ibu guru juga sabar mengajari aku ini yang tidak ikut kursus atau bimbel (bimbingan belajar) di luar sekolah, aku akan datang di sekolahku untuk belajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

SEMOGA TUHAN MENDENGARKAN DOAKU...
( Tips dan Artikel lainnya silahkan klik : http://www.vincentiussan.blogspot.com )

Apa Agama Terbaik ? Yang Mengubah Hidupmu Menjadi Lebih Baik !

APA AGAMA YANG TERBAIK
( Tips dan Artikel lainnya silahkan klik : http://www.vincentiussan.blogspot.com )

Seorang ahli dari kelompok "The Theology Of Freedom" dari Brazil bernama Leonardo Boff bertanya pada Dalai Lama pemimpin umat Buddha dari Tibet :

"Yang Mulia, apakah agama terbaik?"

Leonardo Boff menduga bahwa Dalai Lama akan menjawab,
Agama Buddha dari Tibet atau agama Oriental yg lebih tua dari agama Kristen.

Ternyata sambil tersenyum, Dalai Lama menjawab :

"Agama terbaik adalah agama yg lebih mendekatkanmu  pada TUHAN, yaitu agama yg membuatmu menjadi org yg lebih baik."

Sambil menutupi rasa malu karna punya dugaan kurang baik tentang Dalai Lama,
Leonardo Boff bertanya lagi :

"Apakah tanda agama yg membuat kita menjadi lebih baik?"

Jawaban Dalai Lama :

"Agama apapun yg bisa membuatmu
- Lebih welas asih,
- Lebih berpikiran sehat,
- Lebih objektif & adil,
- Lebih menyayangi,
- Lebih manusiawi,
- Lebih punya rasa tanggung jawab,
- Lebih ber-etika.

Agama yg punya kualitas seperti di atas adalah agama terbaik."

Leonardo Boff terdiam sejenak & terkagum-kagum atas jawaban Dalai Lama yg bijaksana & tidak dapat di bantah.

Selanjutnya, Dalai Lama berkata :

"Tidak penting bagiku kawan, Apa agamamu, Tidak peduli kamu beragama atau tidak.
Yg betul-betul penting bagiku adalah perilakumu di depan kawan-kawanmu, di depan keluarga, lingkungan kerja & dunia."

Akhirnya, Dalai Lama berkata :

"Jagalah pikiranmu, Karena akan menjadi perkataanmu.

Jagalah perkataanmu, Karena akan menjadi perbuatanmu.

Jagalah perbuatanmu, Karena akan menjadi kebiasaanmu.

Jagalah kebiasaanmu, Karena akan membentuk karaktermu.

Jagalah karaktermu, Karna akan membentuk nasibmu,

Jadi sebenarnya, nasib mu berawal dari pikiran mu....."
Pain will drive you away from God or to God.

This is my simple religion. There is no need for temples; no need for complicated philosophy. Our own brain, our own heart is our temple; the philosophy is kindness.
Dalai Lama

All major religious traditions carry basically the same message,  that is love, compassion and forgiveness, the important thing is they should be part of our daily lives.
Dalai Lama

It is necessary to help others, not only in our prayers, but in our daily lives. If we find we cannot help others, the least we can do is to desist from harming them.
Dalai Lama

The important thing is that men should have a purpose in life. It should be something useful, something good.
Dalai Lama

If some people have the belief or view that the Dalai Lama has some miracle power, that's totally nonsense.
Dalai Lama

I describe myself as a simple Buddhist monk. No more, no less.
Dalai Lama

Conversion is not my intention. Changing religion is not easy. You may develop some kind of confusion or difficulties.
Dalai Lama

"In the West, I do not think it advisable to follow Buddhism. Changing religions is not like changing professions. Excitement lessens over the years, and soon you are not excited, and then where are you? Homeless inside yourself."
– The Dalai Lama, quoted in Tibet, Tibet by Patrick French

( Tips dan Artikel lainnya silahkan klik : http://www.vincentiussan.blogspot.com )

Timbulnya Racun Pikiran - Hidup adalah Pilihan - Saring Pilih Lakukan hal baik Segalanya Baik

TIMBULNYA RACUN PIKIRAN
( Tips dan Artikel lainnya silahkan klik : http://www.vincentiussan.blogspot.com )
Orang ada dua macam :
Type Pertama adalah yg bahagia krn mereka memang benar-benar bahagia, bahkan mau membantu org menjadi bahagia,
Type Kedua adalah org yg karena ketidaksadarannya atau bahkan merasa bahagia saat melihat org lain lebih susah dari mereka...bahkan bila ada org yg lebih bahagia darinya maka timbulah rasa iri hati dan membuatnya mencari kelemahan/masalah yg ada pada org itu agar dia tetap merasa lebih beruntung/lebih bahagia...
Bagi orang type kedua tersebut, dengan merasa lebih bahagia, dia membicarakan kelemahan orang lain, bahkan mengatakan sesuatu hal yang menjadi racun pikiran dan hasutan bagi orang lainnya lagi.
Menceritakan hal yg tidak sebenarnya (menutupi situasinya sendiri yg salah dengan pembenaran), bahkan dengan sengaja agar orang lain menjadi tidak bahagia atau menjadi terpengaruh dan lebih susah dengan cerita dan kata-katanya.
Bagi orang yg tidak cukup kuat mental dan cara berpikirnya, tidak cukup kuat pengertian akan suatu kebenaran, serta belum memiliki keberanian untuk bersikap, maka akan mudah sekali dipengaruhi oleh orang yang type kedua itu.

Ilustrasi:
Seperti kejadian pada anak kecil Ali.
Suatu saat seorg temannya bernama Budi bercerita bahwa ia sangat disayang oleh orang tuanya, bahwa orang tuanya tidak pernah marah sedikitpun, apapun yg dia mau, pasti selalu di turuti, juga dia bisa minta mainan apapun yang dia suka, bahkan dia dibiarkan untuk belajar atau tidak belajar, tidak ditegur walau nilai ulangannya jelek.
Karena si anak kecil Ali ini belum memiliki mental yg kuat untuk bisa berpikir dan belum memiliki pendirian akan suatu kebenaran. Maka cerita temannya Budi ini mempengaruhi si anak kecil Ali tersebut, dan menjadikannya pemberontak. Dia lalu ingin bisa memiliki mainan yg dia mau dengan merengek terus, dan menjadikan orang tuanya marah. Dan anak kecil Ali tersebut semakin berpikir negatif atas orang tuanya bahwa orang tuanya berbeda dan jahat krn tidak mau membelikan mainan yg dia mau, dan juga ortu yg sering marah. Begitu juga saat dia diingatkan untuk belajar, untuk membuat PR dll, dia merasa bahwa dia diatur-atur, bahkan ketika ditegor orang tuanya saat nilainya jelek, maka dia menjawab bahwa dia yg bersekolah sehingga terserah dia hasilnya.
Ini semua akan semakin berlarut dan semakin menguatkan pikiran negatifnya terhadap ortunya sendiri, krn saat dia merengek atau melawan dan memberontak, maka orang tuanya juga semakin berusaha mendidik dia lebih tegas.
Dan ini menjadi LINGKARAN SETAN ANTARA ANAK YANG NAKAL ATAU ORANG TUA YANG JAHAT?, ini disebabkan hanya oleh suatu cerita yg mempengaruhi si anak kecil Ali tersebut..

Kita harus melatih anak kita untuk bisa memilah suatu cerita, dan melatih benteng diri, mengambil yang baik dan membuang yg buruk serta bisa membuang hal-hal yg bisa mempengaruhinya menjadi buruk...

Begitu juga tentang hal menantu dan mertua, masing2x jgn terpengaruh cerita teman/orang/sinetron/infotainment agar tidak timbul rasa memusuhi yg justru menjadi awal timbulnya masalah
Refleksi diri dari ilustrasi tadi : Antara mertua yg jahat atau menantu kurang ajar?...
Bila isteri mendengar cerita orang lain tentang bagaimana org lain bermasalah dng mertua, itu akan mempengaruhi pemikirannya menjadi negatif, apalagi org lain juga mempengaruhinya untuk juga bersikap buruk terhadap mertua spt mereka biasa bersikap.

Begitu juga tentang hal suami isteri:
Antara suami yang jahat atau isteri yg tidak menghargai dan mendengarkan suaminya?...
Banyak orang yg sebenarnya memiliki masalah dan menutupinya seolah memang hal itu adl keinginannya dan berbahagia dengan kondisi tersebut, dan itu mempengaruhi org lain agar bersikap atau melakukan hal yg sama.
Misal seorang isteri yg selalu bercerita dng bangga bisa bersikap kurang ajar terhadap suaminya, cerita itu bisa mempengaruhi org lain menjadi ingin bertindak yang sama (bagi isteri yg sudah memiliki paham kebenaran tidaklah mudah terpengaruh atau ingin melakukan hal yg sama, krn baginya itu hal yg menyedihkan dan bukan membanggakan, dan dia akhirnya mengetahui bahwa temannya itu sebenarnya memiliki masalah keluarga)
Juga bila seseorang wanita bercerita bahwa suaminya tidak pernah marah, bahkan apapun terserah isterinya, bila kita berpikir kebenaran maka tidaklah mungkin semuanya terserah isteri (krn berkeluarga berarti tujuan bersama bukannya kemauan masing2x), tetapi pastilah didiskusikan dahulu dan krn masing-masing tidak ngotot maka tidak perlu ada yang marah...ataupun bisa jadi sang suami yg sudah masa bodoh dan sudah lelah sehingga menghindari konflik saja.(Suami yg sudah lelah akan keributan biasanya Terserah apa kata isteri aja,dan masa bodoh)
Cara org lain bercerita yg salah dan cara menanggapi cerita itu dengan salah, bisa membuat masalah pada diri kita sendiri...
 
Begitu juga cerita dan ungkapan-ungkapan orang lain dalam menilai suami mereka, itu juga bisa mempengaruhi sikap kita terhadap suami kita sendiri.
Semakin kita juga berusaha menilai suami kita dari kacamata org lain (misal mengeluh/mengadu dll), maka semakin kita bentrok dengan suami kita sendiri.
Apalagi bila kita memberikan kesempatan orang lain ikut menilai dan berkomentar atas suami kita sendiri, padahal mereka sama sekali tidak berhak menilai, dan salah besar bila isteri bertanya dan meminta org lain menilai suaminya sendiri. Karena dia akan diatur org lain dan menjadi boneka org lain dalam bersikap terhadap suaminya sendiri.
Orang yg dianggap baik saja tidak cukup, krn dia tetap perlu selalu menyaring semuanya utk tetap melakukan yg terbaik "bagi" berdua / "bersama" pasangannya.

Begitu juga hal tentang ramalan-ramalan, sebenarnya berjuta-juta org yg lahir dalam setahun dengan shio yg sama (130 juta bayi lahir dalam setahun dengan shio yg sama) , mereka semua tidaklah mungkin memiliki karakter yg sama semua krn berdasarkan shionya...
Bila ramalan yg didengar adalah hal baik, maka dia akan menjalaninya dengan yakin dan semangat sehingga segalanya baik. Tetapi bila yang didengarnya adalah ramalan buruk, maka pikiran bawah sadarnya akan terus membuat dirinya tidak bersemangat dan bertindak menjalani kehidupan sesuai ramalan itu dan segalanya menjadi buruk.
Hati-hati dalam mendengar, dan lebih baik menghindari saja, karena byk orang yg merasa dirinya tahu tentang nasib/masa depan/membaca situasi...
Hidup ini kitalah yang menentukan dengan melakukan pilihan-pilihan yang tentunya kita pilih hal baik bahkan yg terbaik.

Racun pikiran adalah racun yg jahat, yg lebih jahat adl org-org yg memasukan racunnya..., krn memang korbannya tersebut tidak sadar diracuni..., sama seperti kanvas yg masih ada sebagian polosnya dicorat-coret org lain atau ditimpa oleh corat coret org lain, tanpa yg punya kertas sadar...dan akhirnya gambarnya berubah tidak indah lagi...kalau sudah sadar utk melihat gambarnya, baru dia bisa mulai menghapusnya atau memperbaiki gambarnya kembali (tapi jarang sekali org yg menyadari bahwa gambarnya sudah rusak kecuali ada yg mengingatkan)...
tetapi bila seseorang memiliki gambar yg sudah jelas dan penuh, maka coretan tidak mempengaruhi gambar aslinya...apalagi bila bisa menjaga agar org lain tidak sembarangan corat-coret diatasnya...
 
Seperti saat kita berjalan di jalan, daripada kita harus memunguti kerikil sepanjang jalan dan menyingkirkannya agar kaki kita tidak sakit terkena kerikil,
atau kita tidak perlu berjalan berkelak-kelok hanya untuk menghindari kerikil yg ada dijalan, lebih baik kita memakai alas kaki sehingga kerikil tidak akan melukai kaki kita.
Begitu juga terhadap ucapan orang lain.

Agar kita tidak perlu menilai orang dan menyingkir atau menghindari mereka, maka kita harus melatih mental diri kita sendiri, pemikiran akan kebenaran, pendirian dan diri kita agar kata-kata baik bisa berguna, dan kata-kata yg jelek tidak mempengaruhi kita.(tidak sakit hati, dan juga tidak terpengaruh ucapan/hasutan mereka yg membawa dampak buruk bagi kehidupan kita)

HIDUP INI ADALAH PILIHAN, SAAT KITA BERPIKIR BAIK, MELAKUKAN PILIHAN BAIK, MAKA SEGALANYA MENJADI BAIK...

( Tips dan Artikel lainnya silahkan klik : http://www.vincentiussan.blogspot.com )

Negatif Positif Thinking - Jangan Menghakimi

Negatif Positif thinking - jangan menghakimi
Knowlege+Experience ~ Consideration of Effort VS Risk.
( Tips dan Artikel lainnya silahkan klik : http://www.vincentiussan.blogspot.com )

Jangan mudah menghakimi orang  bahwa orang itu berpikir negatif atau terlalu khawatir dan penakut, karena anda sebenarnya tidak tahu akan pertimbangan serta pengetahuan dan pengalaman orang tersebut, yg bahkan mungkin anda sama sekali belum pernah terpikir.

Setiap orang memiliki pengetahuan dan pengalaman yg menyebabkan pengambilan keputusan dengan pertimbangan yg berbeda-beda pula.

Bagi orang desa, bila anda ajak makan dan anda ajak untuk cuci tangan terlebih dahulu dengan sabun, maka bagi dia adalah hal yang lucu dan menunjukan bahwa anda sesorang yg sok bersih dan takut sakit,penakut, dan terlalu khawatir, sedangkan mereka sudah biasa tidak perlu cuci tangan dan jarang sakit juga (karena sudah kebal terbiasa atau bagi mereka sakit perut adalah hal biasa). Bahkan saat dari sawah dng tangan berlepotan lumpur paling dibilas air saja. Maka anda dinilai berpikir negatif dan terlalu khawatir serta penakut.
Sedangkan bagi kita orang yg tinggal di kota dengan pengetahuan kita, maka kita pasti memilih cuci tangan dulu dng sabun sebelum makan, terutama bila makan spt ayam goreng fried chicken yg menggunakan tangan. Apalagi pada anak kita yg kita sayangi dan jaga kesehatannya, pasti akan kita ajari dan suruh cuci tangan terlebih dulu..
Karena pertimbangan kita dng effort kecil (cukup berdiri, jalan dan cuci tangan saja)  kita bisa meminimalkan resiko sakit perut diare/cacingan/tipus/atau bahkan penyakit lain yg memang berbahaya, yg  bagi kita jauh lebih bernilai besar baik segi uang, waktu dan kesehatan yg sangat berharga.
Ini adalah perbedaan besar tentang dasar pendidikan, pengetahuan dan pengalaman.

Begitu juga seperti rumah di kota dengan teralis-teralis pada jendela kaca bahkan dengan pagar yg cukup tinggi,
bahkan pagar yg selalu digembok rapat, bagi orang desa maka kita dianggap terlalu penakut, khawatir dan sangat negatif, bahkan kita bisa disebut paranoid.

Mereka yg tinggal di bantaran kali, cuci, mandi, MCK, bahkan gosok gigi pakai air kali. Apakah kita bisa melakukan hal yang sama apalagi gosok gigi dari air kali tersebut,  bagi mereka kita terlalu sok bersih dan sangat sombong/sok jijik dan khawatir/penakut.

Bahkan seperti kejadian2x pencurian motor yg dibarengi penembakan terhadap pemilik krn dipergoki dan melihat motornya sedang dicongkel org atau sedang dituntun, krn siapapun kita maka akan otomatis teriak dan mendatangi bila motor yg sedang kita parkir diduduki orang dan dikutak-kutik atau di tuntun orang.
Antisipasi kita bisa ganti jenis kuncinya agar orangpun juga sudah sulit dan tidak mau memilih motor kita apalagi ada pilihan motor yg lainnya. Sehingga resiko jadi minimal, bukan krn nilai motornya, tapi resiko tindakan kejahatannya, biaya RS bahkan nyawa jauh lebih berharga dibanding nilai motornya. Bagi org lain mungkin berkomentar negatif dan dirasakan sgt merepotkan, tapi bagi org yg tahu jenis partnya, dimana belinya, harganya bagi dia juga murah, juga hanya meluangkan waktu sedikit saja, maka akan dilakukannya, krn baginya effort tsb kecil saja.


Juga roaming HP di luar negeri (baik roaming Voice call/sms maupun roaming data), bukan masalah nilai uangnya saja atau pelit atau penakut, tapi justru krn pengetahuan kita dan kita tahu cara antisipasinya, maka kita jadi waspada utk  tagihan yg tidak bisa kita prediksi nilai nantinya - menjadi sampai berapa juta.
Bagi org yg tidak tahu kemungkinan perhitungan biayanya, lalu juga tidak tahu bagaimana cara antisipasinya maka dia akan berlagak dan menjawab : "sudah gampang aja nggak usah repot, nanti bayar-bayar saja" Itulah orang-orang yg tidak berjiwa besar mengakui ketidaktahuannya dan untuk mau belajar tahu dulu sebelum memutuskan pilihan yg terbaik.
Dengan mengetahui cara antisipasinya (yaitu partner service provider yg bekerjasama, juga tarifnya, dan perhitungan biayanya), kita bisa melakukan pertimbangan pilihan terhadap kemampuan dan kebutuhan kita dan bukanlah hal yang negative atau penakut.

Jauh sebelum terjadinya banyak kebakaran di ruko2x, th 1997 ketika melihat resiko ruko blok lain yg terbakar) kita sudah mengatur baik kantor maupun rumah, yaitu kunci gembok teralis di lantai 2/3/4 masing2x digantung dekat nya dan terlihat jelas agar bila terjadi kebakaran dilantai bawah, kita bisa keluar membuka teralisnya utk keluar menyelamatkan diri dan tidak terperangkap terbakar didalam .
Apakah itu disebut hal negatif, hanya krn effort/usaha kecil menempatkan kunci di paku didekat teralis saja dibandingkan resiko nyawa?. Mungkin orang lain tidak menyadari dan tidak tahu caranya, atau hanya menyerahkan pada nasib saja.
Kecuali kita bisa disebut sangat negatif kalau sampai membeli truck pemadam kebakaran sendiri.

Bagaimana dengan mobil,
apakah selalu harus dikunci?,
Apakah mengunci mobil adalah hal berpikir negatif dan dianggap terlalu khawatir?, atau hal wajar?, dan sedangkan membiarkan kunci tergantung adalah pikiran positif?
lalu apakah mobil perlu diperlengkapi alarm / bawaan pabrik?
Perlu menggunakan kunci setir?
Apakah menggunakan kunci setir berarti terlalu khawatir dan negatif dan tanpa kunci setir adalah positif?
padahal hanya hilang mobil dan bisa dibeli lagi, apalagi sudah diasuransikan?
Tetapi bila pertimbangannya bahwa. Resiko dicuri besar krn lokasi parkir, jenis mobil adl incaran penjahat, maka org-org tertentu meningkatkan keamanannya yg jauh lebih mudah dibandingkan dengan mengurus claim asuransinya bila hilang.
Jadi apakah memasang kunci setir masih dianggap hal yg negatif dan terlalu khawatir?
Kemudian bila sesorang telah tahu bahwa semua kunci setir dengan begitu mudahnya dibuka tanpa rusak dalam hitungan detik saja, apakah negatif bila memasang antistarter?
Ukuran setiap org berbeda tergantung pengetahuan dan pengalamannya serta pengetahuan utk antisipasinya (cara yg harus dilakukan/kemudahan mendapatkannya/biaya memperoleh tambahan keamanannya/nilai barang bila terjadi resiko itu bagi pemiliknya -nilainya bukan cuma harganya).

Begitu juga utk semua hal lain-lainnya
Istilah umum/wajar atau tidak umum/tidak wajar sangatlah relative tergantung kebiasaan, pengetahuan, pengalaman, dan pertimbangan setiap individu.

Anda juga bisa menganggap orang yg lain terlalu takut/negatif/khawatir....tetapi anda juga bisa dianggap oleh orang lain terlalu takut/negatif/khawatir....
Hati-hatilah dalam menilai orang lain.

Membiarkan pagar terbuka lebar dan tidak digembok serta pintu rumah yang dikunci rapat.
untuk rumah di KOTA dianggap takut/khawatir/negatif, hal wajar atau berpikir positif saja?
Untuk rumah di DESA dianggap takut/khawatir/negatif, hal wajar atau berpikir positif saja?
Bagi org desa berada di desa?
Bagi org desa berada di kota?
Bagi org kota berada didesa?
Bagi org kota berada di kota?

Tas berisi laptop berada di kursi tengah mobil yang akan diparkir di parkiran umum/pinggir jalan.
Meninggalkan = Dianggap Berpikir positif?
Tidak meninggalkan/dibawa keluar = Dianggap terlalu takut/khawatir/negatif
Ataukah yg wajar dan umum adalah ditinggal atau yg wajar malahan dibawa?
Yang Manakah pilihan saudara?
Effort =cukup repot membawanya VS Resiko= hilangnya laptop (kemungkinan persentase terjadinya pencurian, harga laptop dan nilai isi dokumen data dan rusaknya pintu mobil)

Jadi kesimpulannya  :

Penilaian bahwa sesorang bisa dianggap negative/khawatir bila :
1. Effort > resiko (Effort lebih besar daripada resiko)
Memang kita bisa katakan negatif bila effort yang dilakukan begitu besar dibandingkan dengan resiko/kemungkinan terjadinya sangat kecil dan  efek kerugiannya sangat kecil dan tidak berarti.
(Misal : mengirim buku tulis biasa dan tidak terburu2x cukup lewat kantor pos yg dekat, tidak perlu mencari courier yg berada jauh apalagi sampai diasuransikan, bila hilangpun bisa dibeli lagi dan kirim ulang serta murah harganya,  dibanding waktu serta repotnya/macetnya/bensinnya menuju courier express dikota)

Tetapi orang yang merasa dirinya positif dan menilai orang lain adalah khawatir/penakut/negative/bersikap berlebihan,  biasanya orang tersebut justru memiliki hal-hal sebagai berikut :

2. Ketidaktahuan resikonya
Bila ternyata karena karena orang tersebut tidak menyadari kemungkinan terjadinya resiko itu, sebab pengetahuan/pengalamannya kurang, maka dia masih menganggap bahwa resiko/kemungkinan/kerugiannya kecil sehingga dia tidak mau mengantisipasinya.
(Misal bahwa bila meninggalkan tas laptop dalam mobil di rest area jalan tol tertentu atau parkiran tertentu rutin terjadi kejadian bahkan bisa dipastikan hilang, tapi krn ketidaktahuannya maka ditinggalkan di mobil)
(Misal : Setiap orang berbeda pendapat tentang kemungkinan sandal karet lunak bisa terjepit di eskalator , bahkan dianggap resikonya hanya sandalnya yg rusak dan bukan  jari kaki anaknya ikut robek bahkan putus (tapi yg pernah melihat teknis dan riset kemungkinan terjadinya dan membacar berita serta pernah meilhat sendiri kecelakaan anak yg terluka kakinya pasti memiliki pertimbangan yg berbeda )
(Misal : anak demam sudah 2-3 hari, bagi org yg tidak tahu, cukup obat biasa saja nanti juga bisa sembuh sendiri,mungkin cuma flu biasa atau baru musim, tetapi dia tidak sadar kemungkinan Demam Berdarah yang bisa fatal, sehingga dia tidak memilih melakukan effort utk membawa ke dokter, sedangkan bagi org yg tahu memiliki pengetahuan, bahkan pengalaman, serta anak temannya meninggal krn DB yg terlewatkan, pasti memiliki pertimbangan sendiri, apakah membawa ke dokter dianggap penakut/terlalu khawatir?)
(Misal : menggunakan kabel sambungan ukuran kecil tapi dipakai cabang banyak, apakah bila org yg mengerti listrik maka menghindari lalu berarti terlalu khawatir dan berpikir negatif?)

3. Effort dianggap besar baginya
Bila orang tersebut sebenarnya tahu resikonya tetapi karena ketidaktahuannya dalam cara mengantisipasinya dan merasa kesulitan utk mengantisipasinya, dan merasa repot, maka dia menganggap bahwa effort yg dikeluarkan masih terlalu besar dibandingkan dengan resiko/kerugiannya.
(Misal : org administrasi awam yg tidak tahu komputer, dan disarankan utk membackup datanya daripada hilang dan perlu berminggu2x utk mengerjakan ulang, tapi dia tidak tahu caranya bagaimana membackup dan baginya rumit-repot-susah sehingga org lain yg baik menyarankan, malah dianggap terlalu khawatir/negatif)
(Misal : kabel sambungan ukuran kecil utk colokan banyak dan beban watt besar, tapi krn ketidaktahuannya semestinya ukuran yg mana, maka bagi dia mau mencari yg bener itu susah-repot-terlalu khawatir-negatif, plus spt no.2 - dia juga tidak tahu tentang hubungan kabel terhadap  resiko kebakaran)

4. Orang Masa Bodoh
Orang yang sama sekali tidak biasa mempertimbangkan segala sesuatu, sehingga semuanya hanya berdasarkan kemauannya diri sendiri saja dan yg mudah saja baginya..

5. Pertimbangan tiap orang berbeda
Pertimbangan tiap orang sangatlah berbeda tergantung pengetahuan, pengalaman, serta cara pikir dan arti subjective dari nilai effort dan resikonya.
Juga sangatlah subjective untuk nilai barang, bahkan nilai kesehatan atau nilai nyawa karena bagi tiap orang akan berbeda.

Jangan pernah sebut orang lain tersesat bila kamu tidak tahu kemana sebenarnya tujuan orang itu pergi, dan jangan mudah percaya begitu saja pada pemberitahuan orang lain bila tidak bertanya langsung ke yg bersangkutan.

Jangan terlalu mudah menghakimi bahwa orang lain negatif atau terlalu takut dan khawatir, hanya dengan asumsi pribadi saja. Ukuran dan pengetahuan serta pengalaman setiap orang bisa sangat berbeda.

Knowlege+Experience ~ Consideration Effort vs Risk

Bagaikan mobil dengan "gas"(positif/optimis) dan "rem"(negative/mempertimbangkan resiko), tanpa salah satunya maka mobil menjadi berbahaya karena bisa menabrak tak terkendali atau malah tidak berguna krn tidak bergerak... kita juga memiliki "kemudi"(pilihan tindakan) untuk melakukan pilihan jalan yang akan dilewati,,,,

Gabungan pemikiran Positive vs Negatif = Semangat mencari jalan terbaik + tetap waspada
Tanpa pemikiran kemungkinan resiko negatif maka menjadikan kita lengah, sedangkan hanya berpikir negatif tanpa bertindak utk merubah hal tersebut menjadi positif berarti hanya mengandalkan nasib.


Positive Thinking dan Negative Thinking
Kita harus selalu tetap berpedoman positive thinking untuk maju.
Tetapi kita juga tetap perlu negative thinking agar saat kita maju dan bergerak, kita jadi waspada dan mempersiapkan diri dengan baik dan kita bisa mengantisipasi dan menghindari kemungkinan buruk yang mungkin terjadi..
Optimis membuat maju, waspada itu menjadikan segalanya lebih aman dan lancar...

( Tips dan Artikel lainnya silahkan klik : http://www.vincentiussan.blogspot.com )

Jangan Mudah Menghakimi - Selalu Ada Kisah di Balik Semuanya

Kisah Seorang Pemuda di Gerbong Kereta

Di sebuah gerbong kereta api yang penuh, seorang pemuda berusia kira-kira 24 tahun melepaskan pandangannya melalui jendela. Ia begitu takjub melihat pemandangan sekitarnya.

Dengan girang, ia berteriak dan berkata kepada ayahnya :
"Ayah, coba lihat, pohon-pohon itu…mereka berjalan menyusul kita".
Sang ayah hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala dengan wajah yang tidak kurang cerianya. Ia begitu bahagia mendengar celoteh putranya itu.
Di samping pemuda itu ada sepasang suami-istri yang mengamati tingkah pemuda yang kekanak-kanakan itu. Mereka berdua merasa sangat risih. Kereta terus berlalu. Tidak lama pemuda itu kembali berteriak:
"Ayah, lihat itu, itu awan kan…? lihat…mereka ikut berjalan bersama kita juga…".
Ayahnya tersenyum lagi menunjukkan kebahagiaan.

Dua orang suami-istri di samping pemuda itu tidak mampu menahan diri, akhirnya mereka berkata kepada ayah pemuda itu:
"Kenapa anda tidak membawa anak anda ini ke dokter jiwa?"

Sejenak, ayah pemuda itu terdiam. Lalu ia menjawab:
"Kami baru saja kembali dari rumah sakit, anakku ini menderita kebutaan semenjak lahir. Tadi ia baru dioperasi, dan hari ini adalah hari pertama dia bisa melihat dunia dengan matanya".
Pasangan suami itu pun terdiam seribu bahasa.

#Setiap orang mempunyai cerita hidup masing-masing, oleh karena itu jangan menghakimi seseorang dengan apa yg anda lihat saja. Barangkali saja bila anda mengetahui kondisi sebenarnya anda akan tercengang.
Maka kita PERLU BERPIKIR DAN MENGGUNAKAN HATI SEBELUM BICARA...

Semoga kita bisa mengambil Hikmah dari kisah di atas

( Tips dan Artikel lainnya silahkan klik : http://www.vincentiussan.blogspot.com )

A Prayer for my Son - Sebuah Doa untuk anakku (Gen. Douglas Mac Arthur)

Gen. Douglas MacArthur wrote this prayer for his son.

A Prayer For My Son

Build me a son, O Lord, who will be strong enough to know when he is weak, and brave enough to face himself when he is afraid; one who will be proud and unbending in honest defeat, and humble and gentle in victory.

Build me a son whose wishes will not take the place of deeds; a son who will know Thee — and that to know himself is the foundation stone of knowledge.

Lead him, I pray, not in the path of ease and comfort, but under the stress and spur of difficulties and challenge. Here let him learn to stand up in the storm; here let him learn compassion for those who fail.

Build me a son whose heart will be clear, whose goals will be high; a son who will master himself before he seeks to master other men; one who will reach into the future, yet never forget the past.

And after all these things are his, give him, I pray, enough of a sense of humor, so that he may always be serious, yet never take himself too seriously. Give him humility, so that he may always remember the simplicity of true greatness, the open mind of true wisdom, and the meekness of true strength.

Then I, his father, will dare to whisper, “I have not lived in vain.”
  

( Tips dan Artikel lainnya silahkan klik : http://www.vincentiussan.blogspot.com )


Jenderal Douglas Mc Arthur menulis doa ini untuk Anaknya

Tuhanku…

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya. Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.

Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.

Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan.

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.

Seorang Putera yang sadar bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.

Tuhanku…

Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak. Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.

Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar
untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.

Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.

Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka.

Putera yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah
namun tak pernah melupakan masa lampau.

Dan, setelah semua menjadi miliknya…

Berikan dia cukup rasa humor sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh
namun tetap mampu menikmati hidupnya.

Tuhanku…

Berilah ia kerendahan hati…

Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki…

Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna…

Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud, hamba, ayahnya, dengan berani berkata “hidupku tidaklah sia-sia”